Melirik Indonesia
Oleh: Clarice Campbell, Penasihat Utama bidang Keterampilan, Katalis
Sebagai negara dengan angkatan kerja terbesar di Asia Tenggara, Indonesia saat ini harus mengatasi berbagai peluang dan tantangan baru yang mencakup pertumbuhan ekonomi, digitalisasi, dan kekurangan keterampilan penting. Inilah saat yang tepat bagi para penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan Teknis (TVET) Australia untuk mengkaji kembali pendekatan mereka terhadap Indonesia.
Pendidikan adalah salah satu ekspor terpenting Australia ke Indonesia. Selain itu, jumlah siswa luar negeri yang memilih jurusan TVET telah meningkat selama satu dekade terakhir. Lebih dari separuh kursus baru yang dipilih oleh pelajar Indonesia di Australia adalah TVET alih-alih lembaga lain seperti universitas.
Sebelum pandemi, sektor TVET Australia menghadapi tantangan besar, termasuk persaingan dengan sektor pendidikan tinggi dan penyedia pendidikan daring serta tantangan tenaga kerja. Pandemi Covid-19 telah memberi tekanan lebih besar pada sektor ini dengan berkurangnya pendaftaran siswa luar negeri. Antara tahun 2021 – 2022, TVET Australia mengalami penurunan 8% dalam pendaftaran siswa luar negeri dan masih harus dilihat apakah angka tersebut akan kembali ke kondisi pra-Covid untuk pendaftaran siswa luar negerinya.
Namun, pandemi juga menantang penyedia TVET Australia untuk menyesuaikan penyampaian kursus mereka dan mempercepat transisi ke pembelajaran daring. Saat ini banyak penyedia menawarkan format pembelajaran jarak jauh atau campuran dan semakin banyak siswa yang belajar daring. Sebuah survei belum lama ini yang diadakan oleh Katalis terhadap para responden dari institusi TVET Australia menemukan 73% dari responden memberikan kursus secara daring. Ini mengarah pada kemungkinan model pembelajaran yang lebih hemat biaya. Sebanyak 27% dari penyedia TVET Australia yang disurvei saat ini menyediakan beberapa bentuk pelatihan di Indonesia dengan 53% responden survei tertarik untuk memasuki pasar Indonesia.
Secara keseluruhan, 60% responden memiliki pengalaman memberikan kursus kepada siswa Indonesia di Australia dan 87% responden mengidentifikasi memiliki kursus yang cocok untuk model penyampaian di Indonesia termasuk model yang saat ini sudah siap dan yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan kelompok Indonesia dalam 1-24 bulan. Penyedia TVET juga menyebutkan hambatan untuk memasuki pasar Indonesia yang mencakup titik harga yang lebih rendah untuk biaya siswa dan kebutuhan akan jumlah siswa yang penting terkait alasan masuk pasar. Model pembelajaran daring dapat membantu mengatasi hambatan ini.
“Pemerintah Negara Bagian Victoria telah mensponsori serangkaian kredensial mikro yang dikembangkan untuk penyampaian di luar negeri pada bidang-bidang keterampilan yang dibutuhkan Indonesia. Ini berarti bahwa konsorsium TAFE Victoria dapat bergerak cepat untuk mendukung model tersebut,” kata Timothy Gilbert, Vice President International Development, Melbourne Polytechnic.
Penyedia TVET Australia menghadapi tantangan ganda dalam beradaptasi memenuhi kebutuhan pasar domestik yang selalu berubah di Australia dan di saat yang sama harus memenuhi permintaan untuk pelatihan keterampilan di Indonesia dan pasar internasional lainnya.
Perekonomian Indonesia saat ini telah pulih dari dampak pandemi dan menurut Asia Development Bank, perekonomian Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh sebesar 5,2% pada tahun 2023.
Dengan separuh dari 276 juta penduduk Indonesia berusia di bawah 30 tahun, akses ke pendidikan dan pelatihan merupakan prioritas utama nasional. Digitalisasi yang cepat dalam penjualan barang dan jasa dalam perekonomian domestik Indonesia menyebabkan melonjaknya permintaan akan keterampilan digital. Namun, meskipun tingkat kelulusan sekolah menengah meningkat dan kelas menengah yang tumbuh, di negara dengan PDB per kapita sekitar AUD 7.000, studi di luar negeri masih berada di luar jangkauan finansial bagi banyak siswa.
Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) yang mulai berlaku pada 5 Juli 2020 membuka peluang baru bagi para penyedia TVET untuk berinvestasi langsung di Indonesia. Kini untuk pertama kalinya, Pemerintah Indonesia akan mengizinkan kepemilikan mayoritas Australia di lembaga TVET Indonesia. Dalam perkembangan lebih lanjut, UU Cipta Kerja yang baru-baru ini diperkenalkan memungkinkan institusi TVET Australia memegang 100% kepemilikan dalam penyediaan pelatihan yang tidak terakreditasi. Katalis didirikan oleh Pemerintah Indonesia dan Australia untuk mendukung pengembangan peluang yang saling menguntungkan.
Tahun ini, Katalis memproduksi seri Wawasan Pasar (Market Insights) yang mengacu pada penelitian terbaru, termasuk data iklan lowongan kerja real-time dari Indonesia yang dikembangkan oleh Prospera untuk memberikan wawasan tentang permintaan pasar akan keterampilan-keterampilan utama. Edisi pertama membahas keterampilan digital disusul dengan edisi-edisi mendatang yang berfokus pada keterampilan bisnis dan pariwisata. Terakhir, Katalis akan segera meluncurkan platform pertukaran keterampilan Indonesia-Australia yang akan bekerja untuk menjembatani peluang antara komunitas bisnis Indonesia dan penyedia TVET Australia. Platform ini diharapkan dapat beroperasi pada awal 2023.