Mengupayakan jalan keluar untuk mengatasi kesenjangan keterampilan
Oleh: Danis Hidayat Sumadilaga dan Moekti P. Soejachmoen
Op-ed ini diterbitkan di The Jakarta Post pada 13 Juli 2023.
Seorang Profesor Biokimia dari Boston University yang juga penulis fiksi ilmiah, Isaac Asimov, pernah mempersendakan, “Ilmu pengetahuan itu mungkin menyenangkan dan mempesona, namun, keteknikanlah yang mampu mengubah dunia.”
Perjanjian Pengakuan Timbal Balik (MRA) antara Indonesia dan Australia yang ditandatangani pada tanggal 30 Juni 2023 oleh para Insinyur Australia dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) menguatkan dan mendukung potensi yang dimiliki keteknikan untuk mengubah dunia. Hal ini juga merupakan bagian dari Perjanjian Kemitraaan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Australia (IA-CEPA). MRA ini akan mendukung kegiatan pertukaran keterampilan antara Indonesia dan Australia untuk pertama kalinya dalam rangka meningkatkan kapasitas keteknikan mutual.
MRA merupakan hasil dari serangkaian diskusi dan kegiatan pertukaran keterampilan antara dua badan insinyur kedua Negara selama kurun 1,5 tahun. Diskusi-diskusi yang diadakan berhasil meningkatkan pemahaman masing-masing negara terhadap penilaian kualfikasi, praktik independen, registrasi dan kredensial insinyur. MRA menjadi sebuah pencapaian besar yang tidak mungkin terwujud tanpa kesetaraan kedua Negara dalam hal standar kualifikasi dan penilaian.
Oleh karena itu, MRA merupakan sebuah perjanjian yang menyatakan bahwa kualifikasi dan kredensial insinyur Indonesia setara dengan Australia. Ini dapat membuka peluang baru bagi Indonesia untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusianya yang sangat berlimpah dengan tujuan untuk memperluas ekspor jasa. Ini juga waktu yang sangat tepat, baik bagi Indonesia dan Australia, karena kedua Negara menghadapi isu kekurangan keterampilan, khususnya pada pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan spesialisasi keteknikan yang lebih banyak seperti insinyur.
Di dalam sebuah makalah diskusi tahun 2021 mengenai keterampilan keteknikan, Infrastructure Australia memprediksikan bahwa permintaan terhadap keterampilan keteknikan di Australia akan meningkat sebesar 48 persen daripada pasokannya di tahun akan datang. Sektor-sektor seperti, pemeliharaan pesawat, teknik sipil, teknik elektro, geoteknik, dan teknik mesin menghadapi kekurangan keterampilan dan akan terus membutuhkan permintaan di masa datang.
Demikian pula, tantangan-tantangan baru di sektor teknik turut hadir seiring keinginan kuat Indonesia untuk membangun infrastruktur yang lebih baik. Menurut laporan World Bank tahun 2018, insinyur berada di antara 20 pekerjaan teratas yang kekurangan pasokan keterampilan. Di antara pekerjaan keteknikan yang sangat mengalami kekurangan adalah; manajer konstruksi, insinyur sipil, insinyur kimia, insinyur lingkungan, insinyur produksi, dan insinyur rekayasa proses. Menurut Bappenas dan Japan International Cooperation Agency, Indonesia akan tetap mengalami kekurangan pasokan keterampilan dalam negeri selama tiga hingga sepuluh tahun ke depan untuk keterampilan- keterampilan seperti, insinyur struktural, insinyur jaringan, insinyur data, dan manajer proyek untuk proyek-proyek konstruksi khusus seperti, konstruksi terowongan.
MRA baru akan memberi solusi bagi hambatan pasokan dan permintaan tersebut dan dapat menetapkan proses penilaian kepatuhan tunggal daripada dua proses penilaian terpisah sehingga akan mengurangi biaya transaksi dan meningkatkan efisiensi administratif yang akan memberi manfaat kepada peningkatan perdagangan jasa.
Perjanjian pengakuan timbal balik ini juga akan memberi manfaat kepada insinyur perorangan secara langsung. Australia telah sejak lama mengakui standar penilaian Insinyur Australia, dan kini, Insinyur Indonesia bersertifikat yang tercakup dalam MRA juga akan menikmati manfaat pengakuan tersebut ketika mereka ingin mengajukan pembuatan izin praktik yang prosesnya akan jauh lebih efisien dibanding dengan menempuh proses pengajuan izin praktik melalui jalur pengakuan standar yang lebih panjang.
MRA juga memfasilitasi perpindahan lintas negara untuk para insinyur yang memiliki kredensial di bidang-bidang atau disiplin yang disepakati bersama, serta akan membuka jalan bagi bidang-bidang baru yang muncul untuk diikutsertakan tanpa perlu merundingkan isi MRA kembali.
Selain itu, MRA juga akan bermanfaat bagi para insinyur di negara asal. Tenaga profesional yang kembali dari luar negeri dapat mentransfer pengetahuan mereka ke tenaga lokal sehingga ini akan membuka aliran pengetahuan dan mendorong pembelajaran antar rekan kerja. Target kegiatan ini adalah para insinyur yang sangat berpengalaman yang memiliki pengalaman praktis pasca sarjana minimal tujuh tahun dan setidaknya dua tahun mengelola pekerjaan teknik tertentu. Oleh karena itu, para profesional yang berpengalaman dan berkualitas ini dapat memberikan kontribusi nyata dengan mentransfer pengetahuan mereka dan memajukan komunitas insinyur lokal setelah memperoleh pengalaman internasional.
MRA merupakan sebuah sebuah tahapan pencapaian besar yang mengakui kualitas insinyur-insinyur profesional Indonesia sekaligus sebagai pembuka jalan ke bentuk kerjasama bilateral yang lebih besar. Ini semua masih merupakan awal perjalalanan, namun, pemanfaatan MRA yang baik akan banyak menciptakan peluang bagi insinyur-insinyur Indonesia.
Danis Hidayat Sumadilaga adalah Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dan Moekti P. Soejachmoen
adalah Lead Adviser Market Access di Program Kerjasama Ekonomi IA-CEPA Katalis.