BLOG

7 Maret 2025

Menutup kesenjangan: Mendukung perdagangan responsif gender demi pertumbuhan ekonomi inklusif

Oleh: Holly Lard Krueger, Penasihat Utama Perdagangan dan GESI Katalis

 

Tema Hari Perempuan Internasional (IWD) 2025 dari UN Women “Bagi Seluruh Wanita dan Perempuan: Hak. Kesetaraan. Pemberdayaan.” selaras dengan tujuan pembangunan ekonomi dan perdagangan responsif gender. Untuk mengeksplorasi makna praktis tema, kami berbincang dengan empat perempuan pemimpin bisnis tentang pengalaman dan perspektif mereka mengenai kesetaraan, pemberdayaan, dan peran perempuan dalam membentuk pasar global.

 

Perempuan memainkan peran beragam dan penting dalam perdagangan internasional sebagai pemimpin bisnis, pemasok, pekerja, konsumen, maupun advokat. Mereka tidak hanya pendorong utama pertumbuhan ekonomi, tetapi juga berperan penting dalam mendefinisikan arti penciptaan dunia yang lebih adil dan memberdayakan.

 

Dalam pekerjaan saya, kesetaraan berarti memiliki kesempatan yang sama untuk memimpin, berkontribusi, dan berkembang tanpa bias.”
Kanya Sjahrir, CEO, BIRU


Pekerjaan saya memberdayakan saya dengan terus menantang untuk tumbuh secara teknis, profesional, dan pribadi. Saya berharap dapat memberdayakan orang lain, terutama perempuan, dengan menunjukkan bahwa mereka juga pantas berada di sini—ambisi tidak memiliki batas.”
Dini Natalita, Project Lead, Fortescue

 

Mulai dari memimpin perusahaan hingga mendorong perubahan kebijakan, kontribusi perempuan terhadap perdagangan mencakup setiap level ekonomi. Sebagai pemimpin bisnis, mereka memperluas industri dan menciptakan lapangan kerja. Sebagai pemasok dan karyawan, mereka memperkuat rantai nilai global. Sebagai konsumen dan advokat, mereka membentuk permintaan dan mendorong kebijakan perdagangan yang adil dan inklusif yang menguntungkan seluruh komunitas.

 

Bagi kami, kesetaraan bukanlah misi—melainkan sesuatu yang kami kejar setiap hari. Sungguh mengharukan melihat para wanita memulai pekerjaan pertama mereka bersama kami, menjadi mandiri secara finansial, dan memiliki peran yang lebih besar dalam keluarga mereka. Melihat mereka berkembang dan mendukung kesejahteraan keluarga mereka adalah hal yang sangat memuaskan.”
Swasti Adicita Karim, Co-founder & CMO, Java Fresh 


Bagi saya, kesetaraan adalah tentang hak, kesempatan, dan penghargaan yang sama. Ini bukan hanya tentang memperoleh hak yang sama, tetapi juga tentang menciptakan kesempatan untuk memberdayakan satu sama lain.” — Marthella Sirait, CEO, KONEKIN

 

Suara-suara ini menyoroti peran penting yang dimainkan perempuan dalam perdagangan, tidak hanya sebagai peserta tetapi juga sebagai pembuat perubahan, yang membentuk pasar dan ekonomi melalui kepemimpinan, kewirausahaan, dan advokasi mereka. Namun, terlepas dari kontribusi mereka, perempuan masih kurang terwakili di banyak bidang perdagangan internasional. Hambatan struktural terus membatasi akses mereka ke pasar global, investasi, dan peluang kepemimpinan.

 

Melalui rekaman video, para pemimpin bisnis tersebut berbagi refleksi singkat tentang apa arti "Hak. Kesetaraan. Pemberdayaan." bagi mereka. Wawasan mereka memberikan gambaran singkat tentang tantangan dan peluang yang lebih luas bagi perempuan dalam perdagangan, pandangan yang lebih mendalam tentang peran perempuan dalam perdagangan internasional, namun juga mengungkapkan hambatan yang masih harus diatasi untuk mencapai kemajuan nyata.

 

Untuk lebih memahami tantangan ini dan jalur menuju inklusi, penting untuk menilik berbagai peran perempuan dalam perdagangan dan hambatan sistemik yang mereka hadapi dalam setiap peran tersebut.

 

Perempuan sebagai pengusaha: Hanya 15% dari total bisnis yang dipimpin oleh perempuan di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah terlibat dalam ekspor, meskipun secara global perempuan menguasai sepertiga usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Di Indonesia, perempuan bahkan lebih aktif menjalankan UMKM namun tetap kurang terwakili dalam perdagangan global dibandingkan laki-laki.

 

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaksetaraan ini diantaranya karena cakupan sektor usaha yang perempuan operasikan lebih kecil dan kurang terintegrasi dengan rantai nilai perdagangan global. Banyak diantaranya yang kesulitan akses terhadap keuangan, jaringan, dan informasi yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur ekspor yang cukup kompleks. Terlebih dalam proses pengadaaan barang dan jasa oleh swasta dan pemerintah, keterwakilan perempuan masih sangat rendah, hanya mendapat porsi kecil dari keseluruhan kontrak pemasok global.

 

Perempuan sebagai pemasok: Perempuan memiliki peran penting sebagai pemasok dalam perdagangan internasional, terutama dalam sektor pertanian, tekstil, dan kerajinan tangan, sebagaimana yang terjadi di Indonesia, perempuan berkontribusi besar terhadap keberlanjutan rantai nilai global.

 

Untuk memperkuat peran perempuan sebagai pemasok, perlu adanya kebijakan pengadaan barang dan jasa yang Inklusif, akses yang lebih baik terhadap aset seperti keuangan dan program pengembangan kapasitas yang membantu integrasi usaha yang dipimpin perempuan ke dalam jaringan pasokan internasional.

 

Perempuan sebagai pekerja: Perempuan mengisi porsi besar tenaga kerja dalam bisnis perdagangan internasional, utamanya yang berorientasi ekspor seperti tekstil, pertanian, elektronik, dan jasa. Di banyak negara dengan GDP rendah, termasuk Indonesia, perempuan merupakan mayoritas pekerja di sektor pertanian dan manufaktur yang menyuplai pasar global.

 

Meskipun kontribusi perempuan dalam bursa pekerja besar, mereka kerap kali menghadapi ketidakadilan seperti kondisi lingkungan kerja yang buruk, gaji yang lebih rendah dari rekan laki-laki sejawat, serta kesempatan jenjang karir yang terbatas. Kebijakan ketenagakerjaan yang responsif gender, menyuarakan standard upah setara, serta akses terhadap pelatihan keterampilan dan pengembangan karir sangat penting untuk memastikan perempuan mendapatkan manfaat dari peluang ekonomi global.

 

Perempuan sebagai konsumen: Sebagai konsumen, perempuan memiliki pengaruh yang kuat dalam mendorong permintaan pasar dan mempengaruhi keputusan pembelian dalam berbagai sektor perdagangan internasional, mulai dari makanan, tekstil, teknologi, hingga layanan perbankan. Secara global, perempuang mengendalikan 70-80% keputusan pembelian dalam rumah tangga, yang mempengaruhi pasar domestik maupun internasional.

 

Di Indonesia, perempuan berperan dalam mengelola keuangan rumah tangga, baik dalam hal penganggaran, pengeluaran maupun tabungan. Survei yang dilakukan oleh Oxford Policy Management mengungkapkan bahwa 61% perempuan mengelola keuangan rumah tangga secara mandiri, jauh lebih tinggi dibanding laki-laki yang hanya di angka 24%. Selain itu, survei juga menemukan bahwa lebih dari setengah responden laki-laki berkonsultasi dengan pasangannya tentang keputusan pengelolaan rumah tangga, sementara kurang dari sepertiga responden perempuan yang berkonsultasi kepada pasangannya. Hal ini menegaskan betapa pentingnya peran perempuan dalam pengambilan keputusan finansial dalam rumah tangga Indonesia.

 

Pilihan konsumen perempuan membentuk rantai pasok global, mendorong perusahaan untuk menyesuaikan produk, strategi pemasaran, serta model bisnisnya untuk memenuhi kebutuhan mereka. Meskipun memiliki pengaruh besar, perempuan sering menghadapi hambatan seperti harga yang lebih tinggi untuk produk yang dipasarkan kepada mereka, serta keterbatasan akses ke layanan perbankan yang dapat memperkuat daya beli mereka.

 

Perempuan di negara GDP rendah seperti Indonesia, seringkali memiliki akses terbatas ke pasar global akibat eksklusi digital dan keuangan. Untuk mengatasi ketimpangan ini, kebijakan perdagangan Inklusif, pemasaran responsif gender, dan terbukanya akses layanan perbankan yang lebih baik, dapat memperkuat peran peran perempuan sebagai konsumen, memastikan bahwa preferensi mereka mendorong praktik perdagangan global yang lebih adil dan berkelanjutan.

 

Perempuan sebagai advokat hak: Perempuan juga berperan sebagai advokat untuk kebijakan perdagangan yang lebih inklusif dan setara, mendorong perubahan sistemik yang tidak hanya menguntungkan perempuan tetapi juga orang-orang disabilitas serta kelompok marjinal lainnya. Di seluruh belahan dunia, banyak organisasi yang dipimpin perempuan, serikat pekerja, dan kelompok advokasi, yang berjuang agar perjanjian perdagangan internasional dapat lebih mengakomodir kesetaraan gender, praktik tenaga kerja yang adil dan perlindungan sosial. Upaya advokasi perempuan telah mempengaruhi inisiatif global seperti penambahan klausul gender dalam perjanjian perdagangan dan pengenalan keragaman pemasok dalam pengadaan Perusahaan. Dalam forum multilateral seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan forum perdagangan regional, advokat hak perempuan telah berhasil mendorong keterlibatan perempuan yang lebih besar dalam diskusi perdagangan, yang bermuara pada komitmen kebijakan perdagangan responsif gender. Upaya mereka juga meluas ke advokasi konsumen, yang mengedepankan praktik perdagangan yang etis dan berkelanjutan, memastikan bahwa rantai pasokan mendukung pemberian upah dan hak-hak yang adil dan setara bagi pekerja perempuan. Memperkuat suara perempuan dalam kebijakan perdagangan dan proses pengambilan keputusan sangat penting untuk menciptakan sistem perdagangan global yang lebih adil dan inklusif yang menguntungkan semua pihak.

 

Perempuan berperan besar dalam perdagangan internasional sebagai pengusaha, pemasok, pekerja, konsumen, dan advokat, berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan di seluruh dunia. Meskipun demikian, mereka masih menghadapi hambatan seperti keterbatasan akses perbankan, pasar, dan peluang pengadaan yang membatasi potensi mereka. Kesenjangan upah, kondisi kerja yang buruk, serta eksklusi digital dan keuangan juga semakin memperparah ketidaksetaraan ini.

 

Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan kebijakan perdagangan yang responsif gender, layanan keuangan inklusif, serta kebijakan ketenagakerjaan yang adil. Dengan langkah-langkah tersebut, perempuan bisa mendapatkan manfaat penuh dari perdagangan internasional dan berkontribusi lebih besar pada pembangunan ekonomi global yang lebih inklusif, selaras dengan tema Hari Perempuan Internasional 2025: “Bagi Seluruh Wanita dan Perempuan: Hak. Kesetaraan. Pemberdayaan.”

Our goal is to maximise IA-CEPA benefits for Indonesia and Australia: improved market access, increased two-way trade and investment, and inclusive economic growth in Indonesia.

Subscribe to our newsletter

© Copyright IA-CEPA ECP Katalis

Our goal is to maximise IA-CEPA benefits for Indonesia and Australia: improved market access, increased two-way trade and investment, and inclusive economic growth in Indonesia.

Subscribe to our newsletter

© Copyright IA-CEPA ECP Katalis

Our goal is to maximise IA-CEPA benefits for Indonesia and Australia: improved market access, increased two-way trade and investment, and inclusive economic growth in Indonesia.

Subscribe to our newsletter

© Copyright IA-CEPA ECP Katalis

Our goal is to maximise IA-CEPA benefits for Indonesia and Australia: improved market access, increased two-way trade and investment, and inclusive economic growth in Indonesia.

Subscribe to our newsletter

© Copyright IA-CEPA ECP Katalis